
Mangunwijaya dalam Rara Mendut juga menggunakan kata galih. Dalam percakapan antara Rara Mendut dan Genduk Duku tentang keperawanan. Begini satu kalimat yang dapat dikutip tentang percakapan mereka: “Ini, Nduk. Ibuku selalu berpesan kepada Mendut, ‘Perawan dan tidak perawan terletak pada tekad batin, pada galih di dalammu.’ Banyak gadis di dalam peperangan diperkosa, kata ibuku, Nduk, tetapi bila itu melawan kemauan, mereka masih perawan. Dewi Sinta, Nduk Duku, seandainya pun dia sudah ditiduri Rahwana. Dewi Sinta yang melawan, tetaplah perawan. Bahkan ibuku berkata, dan biar ibuku hanya perempuan desa tetapi saya percaya ibuku benar, ‘Seorang ibu yang sudah melahirkan anak tujuh pun, bila dia suci dalam pengabdiannya selaku istri setia dan ibu, dia pun perawan dalam arti yang sejati.’ .....”
Sebagai sebuah lapis terdalam dalam diri seseorang, galih tentu juga menjadi simbolisasi tentang betapa sebuah perasaan terdalam kuat atau lemahnya terbentuk oleh usia. Usiapun tidak harafiah berarti umur biologis. Lapis terdalam inilah yang menjadi patokan untuk menilai kualitas. Berkait dengan pohon, galih menjadi ukuran untuk menilai kualitas kayu yang bagus dan tidak. Untuk orang, galih juga menjadi alat ukur kebijakan dan kedewasaan orang seorang dalam menghadapi hidup dan kehidupan. []
2 comments:
mau menagih janji sig. janji atas sebuah kisah sastra jendra hayuningrat pangruwating diyu. hmmm.
mau menagih janji sig. janji atas sebuah kisah sastra jendra hayuningrat pangruwating diyu. hmmm.
Post a Comment