Tuesday, November 04, 2008

Walawa

SIAPA bilang Indonesia tidak pernah mengenal wajib militer? Wajib militer, yang dikenal juga dengan konskripsi atau di Amerika Serikat dicemooh dengan ‘the draft’. Wajib militer secara modern pertama kali ditemukan pada masa Revolusi Perancis. Dewan mengijinkan Republik (Perancis) untuk mempertahankan dirinya sendiri dari serangan monarki Eropa. Oleh Deputi Jean-Baptiste Jourdan ini kemudian dinamai dengan Pakta 5 September 1798. Bunyi artikel pertamanya adalah “Setiap warganegara adalah prajurit/tentara dan memberikan dirinya untuk mempertahankan bangsa”. Inilah yang kemudian memberi legitimasi Napoleon Bonaparte untuk membangun Grand Armee atau tentara nasional yang sukses dalam peperangan melawan tentara professional Eropa.

Ekstra Kurikuler
Wajib militer di Indonesia dikenal dengan Walawa atau Wajib Latihan Mahasiswa (Reserve Officer Training Centre). Berlaku pada tahun 1968. Merupakan hasil kerjasama antara Departemen Pertahanan dan Departemen Pendidikan Kebudayaan. Diberlakukan di delapan Perguruan Tinggi Negeri yaitu Universitas Indonesia, Universitas Padjajaran, Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Universitas Sriwijaya, Universitas Brawijaya dan Universitas Hasanuddin serta Universitas Sumatera Utara. Program ini diundangkan melalui Keputusan Menhankam No. Kep/B/32/1968, 14 Februari 1968, tentang pengesahan Naskah Rencana Realisasi Program Sistem Wajib Latih dan Wajib Militer bagi Mahasiswa. Operasionalisasi dari program ini didasarkan pada Keputusan Bersama Dirjen Pendidikan Tinggi dan Kepala Staf Komando Pendidikan Wajib Latih Mahasiswa (Kas Kodik Walawa) Nomor 2 tahun 1968.
Walawa dibagi mahasiswa non-kedinasan sifatnya ekstra-kurikuler dan tidak wajib, sementara bagi mahasiswa kedinasan sifatnya wajib. Kegiatan ini berdurasikan 400 jam (kurang lebih 2 bulan). Hal inilah yang kemudian menjadi pro dan kontra atas program Walawa ini. Bagi yang kontra menyatakan bahwa mahasiswa hendak menjadi sarjana bukan militer profesional. Jumlah jam sebanyak itu akan lebih baik jika digunakan untuk mendalami pelajaran jurusannya. Hal ini pula yang kemudian membuat pola pelaksanaan Walawa dilakukan di luar kegiatan efektif belajar, bahkan waktu itu diusulkan untuk diadakan pada masa transisi kelulusan SMA menuju mahasiswa. Bentuk kegiatannya pun block yaitu satu bulan penuh dilakukan dan diajarkan. Walawa sejak mulai kegiatannya tahun 1967 telah menghasilkan 24.639 pemuda dengan kualifikasi tamtama cadangan, 37 kualifikasi bintara cadangan dan 1.071 kualifikasi perwira cadangan.
Atas alasan tersebut dan juga karena kondisi keuangan negara mengalami keprihatinan pada tahun 1973 Walawa digantikan dengan Latihan Kemiliteran untuk Persiapan Perwira Cadangan TNI atau juga dikenal dengan Pendidikan Perwira Cadangan (PACAD). Sifat pendidikan ini adalah ekstra kurikuler, tapi intra universiter ekstra murah (Menyadangkan Mahasiswa, Majalah TEMPO Edisi 42/II/30 Desember-5 Januari 1973). Artinya kegiatan diadakan di luar kampus, bersifat sukarela dan selektif. Jadi untuk bisa mengikuti latihan PACAD ini mahasiswa harus menyatakan kesukarelaannya dan Perguruan Tinggi bersama unsur Hankam mengadakan seleksi. Untuk Pengantar Kewiraan tetap diselenggarakan dalam bentuk teori sebagai intra kurikuelr bagi mahasiswa pra sarjana muda. Kuliah yang diampu oleh pengajar lulusan SESKO ini bertujuan untuk mengembangkan apresiasi tentang Hankamnas serta menumbuhkan kesadaran mengenai peranan mahasiswa dalam Hankamnas. Gagasan perubahan juga mempertimbangkan otonomi universitas (Perguruan Tinggi). Kekhasan PT (lingkup sosial-politik dan pertahanan-keamanannya) maka sebuah PT boleh melanjutkan atau tidak program Walawa. Seperti di Universitas Tanjungpura, Pontianak, Walawa tetap diselenggarakan. Hal ini terkait dengan adanya Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS), sebuah gerakan separatis yang berada di wilayah Serawak.
Untuk mengatasi pemberontakan ini diadakan Operasi Sapu Bersih 3 yang dipimpin oleh Brigjen Soemandi. Sebenarnya sebelumnya telah didakan beberapa operasi untuk mengatasi pemberontakan PGRS Paraku ini. Yaitu Operasi Tertib 1 pada Oktober-Desember 1966, Operasi Tertib 2 pada Januari-Maret 1967, Operasi Sapu Bersih 1 pada April-Juni 1967, Operasi Sapu Bersih 2 pada Agustus-Februari 1969 dan baru berhasil dipadamkan pada Operasi Sapu Bersih 3 pada Maret 1969 sampai Januari 1970. Dalam konteks ini, Walawa menjadi kebutuhan mendesak dan penting untuk diadakan bagi mahasiswa atau warga negara Indonesia yang berada di wilayah Kalimantan Timur, dan sebagainya pada waktu itu.

Pendidikan Kewiraan dan PACAD
Setelah Walawa ditiadakan ada dua bentuk latihan kemahasiswaan ini yaitu Pendidikan Kewiraan dan Pendidikan Perwira Cadangan (PACAD). Keduanya diadakan dengan level yang berbeda. Untuk Pendidikan Kewiraan biaya dibebankan sepenuhnya pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pendidikan ditujukan mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak sampai perguruan tinggi. Untuk di perguruan tinggi ini, pendidikan diikuti sebelum mahasiswa menempuh ujian Sarjana Muda. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan pengertian dan kesadaran mengenai Hankamnas (Setelah Tak Ada Walawa, Majalah TEMPO Edisi. 24/IV/17 - 23 Agustus 1974). Mata kuliah yang diajarkan meliputi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Ketahanan Nasional, Integrasi Nasional dengan Wawasan Nusantara sebagai landasannya. Di bidang Hankamnas ada mata kuliah Sistem Hankamnas, Politik dan Strategi Hankamnas, Hakekat Tantangan dan Ancaman dan lain-lain. Semua kegiatan ini tercakup dalam 64 jam dengan dosen-dosen pengajar yang didatangkan dari Departemen Pertahanan-Keamanan. Pendidikan Kewiraan ini kemudian digantikan dengan Pendidikan Kewarganegaraan berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989.
Berbeda dengan Pendidikan Kewiraan, PACAD ditujukan supaya mahasiswa dapat menjadi Perwira Cadangan. Karena perbedaan inilah maka PACAD sifatnya ekstra kurikuler biarpun intra universiter dan tetap mendasarkan pada kesukarelaan dengan seleksi setelah yang bersangkutan mencapai tahap Sarjana Muda. Sasaran dari program ini adalah mahasiswa yang berada di lingkup Departemen Dalam Negeri, Departemen Perhubungan, dan Departemen P dan K. Tidak begitu jelas yang dimaksud dengan mahasiswa yang berada di lingkup departemen ini apa, apakah ini ikatan dinas atau mahasiswa yang berasal dari departemen bersangkutan. Tidak ditemukan sumber dokumen yang menjelaskan tentang hal ini. Dalam hematnya kemungkinan besar mahasiswa yang dimaksud merupakan mahasiswa dengan ikatan dinas.
Untuk mahasiswa dari Departemen P dan K, didorong untuk memperoleh kemampuan sebagai Komandan Peleton dan Perwira Ahli. Waktu kegiatan atau jam kurikulum PACAD bagi mahasiswa dari Departemen P dan K ini mencapai 948 jam dengan biaya seluruhnya dari Departemen Pertahanan dan Keamanan. Mahasiswa di lingkup Departemen Dalam Negeri (misalnya dari Institut Ilmu Pemerintahan) diharapkan kelak akan punya kemampuan membina teritorial di tingkat kecamatan. Hanya untuk pendidikan di Departemen Dalam Negeri ini sifatnya wajib, serta mereka yang mengikuti pendidikan diasramakan. Jumlah jam pelajaran PACAD dari Departemen Dalam Negeri ini sebanyak 780 jam, dengan penyelenggara dari Dephankam dan biaya dari departemen asal mahasiswa (Setelah Tak Ada Walawa, Majalah TEMPO Edisi. 24/IV/17 - 23 Agustus 1974).
Mereka yang mengikuti PACAD akan diberi insentif khusus berupa penyediaan tempat, perawatan kesehatan, bantuan buku pelajaran dan uang saku. Lulusan PACAD ini akan dikualifikasikan dan diangkat sebagai perwira cadangan dalam kelompok Cadangan Nasional sampai berusia 55 tahun. Walaupun begitu, lulusan PACAD tetap akan bekerja dan berada di lingkungan kerja dan keahliannya semula.
Selain dua pola pendidikan tersebut di atas, juga ada Pendidikan Perwira Wajib Militer ABRI. Tetapi program ini hanya diperuntukkan bagi mereka yang sudah sarjana penuh. Mereka dididik supaya di kemudian hari dapat menjalankan tugas kesarjanaannya di lingkungan ABRI. Semua yang mengikuti program ini harus masuk asrama karena harus mengikuti pendidikan selama 520 jam. Pelajaran yang diberikan adalah pendidikan dasar keprajuritan, dasar pengetahuan perwira dan pengetahuan Hankamnas. []

4 comments:

Anonymous said...

di mana kamu sekarang2 ini? jam 5 pagi org udah ngatree mau nyoblos partai demokrat di NY, jam 1 malam di Indonesia kamu belum keluar dari peredaran.. byuuuh byuuh... kmau itu sebenernya ada di mana, membahas segala maam wamil, menulis segala patah cerita wajang... kapan kau tulis kisah cinta saja? biar dunia ga terlalu buram, kau permanis dg kisah2mu sendiri... agar orang berseri-seri, pun bila andai kata bsok jadi jelas obama kalah (oh, no!)

aneka-ragam said...

aku disini-sini saja ren. kamu yang kemana? gila nggak pernah ol. padahal aku butuh bantuan membenahi blogku. hiks! cerita asmaraku tidak menarik.

Anonymous said...

obama menang, sigit... change, yes we can

blog kamu mau diapain... byk template aku dibajak sehabis2nya sama org... gila, ga sopan, diaku2 segala huuu, semoga yg ini ga dibajak, soalnya aku suka yg ini

Anonymous said...

kamu orang Indonesia, tapi bukan pejabat, bukan turis kelas bisnis, bukan pegawai LSM, bukan pelajar beasiswa penuh, bukan duta PBB, bukan eksekutif multinational company... apalagi kalau kamu ga punya kartu kredit; well, hunny, jgn jalan2 ke amerika dulu, meski barack obama menang pemilu juga

aku sedang ngidam kamera digital, sigit... biar bisa aku liatin ke kamu amburadulnya pengalaman demi pengalaman di perjalanan dari iseng ke iseng, dari pojok ke pojok.eh, salah, lengkung ke lengkung, soalnya globe kan bukan kubus ya ... hi hi hi