Monday, September 22, 2008

Unggah dan Unduh

SAYA menemukan kata unggah beberapa minggu yang lalu ketika hendak meng-upload sebuah gambar dalam blog saya. Takjub juga saya dengan hal itu, unggah menjadi bahasa Indonesia bagi upload. Sama halnya dengan unduh bagi download. Proses penyerapan bahasa atau istilah asing merupakan cara untuk tetap mempertahankan bahasa Indonesia tanpa harus beralih menggunakan bahasa negeri orang. Sehingga menjadi penting bagi kita untuk terus menambah dan memperkaya kata dalam bahasa kita. Tanpa sadar sebenarnya dalam keseharian lisan maupun tulisan mungkin kita hanya menggunakan 200-300 kata saja, bahkan bisa jadi kurang dari itu.
Penemuan kata-kata baru ini muncul juga karena kesepakatan bersama dan kelaziman secara umum. Penggunaan kata heboh misalnya. Kata ini sejarahnya baru digunakan setelah peristiwa Tanjung Morawa 6 Juni 1953 di Sumatera Utara. Sebuah peristiwa pendudukan sepihak tanah bekas perkebunan oleh para tani dan buruh yang digerakkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).
Mohammad Sjaaf, wartawan Abadi, yang meliput peristiwa tersebut menuliskan kehebohan peristiwa Tanjung Morawa di surat kabarnya. Kata heboh kemudian menasional dan menjadi lazim digunakan untuk mengganti kata “gaduh”, “ribu”, “huru-hara”. Kata ini bagi penduduk setempat sudah dikenal dalam keseharian. Sekarang apa arti kata “heboh” bagi kita? Bayangkan percakapan remaja seperti ini: “Heboh banget sih pakaiannya? Emang mau kondangan?”. Hmm, tampaknya heboh menjadi kata yang harus diperikan ulang.
Begitu pula dengan kata gengsi yang ditemukan oleh Rosihan Anwar. Kata ini juga dimulai dari usaha Rosihan Anwar menggantikan kata prestige. Peristiwa yang melatarinya adalah Agresi Militer Belanda kedua pada tahun 1949. Keengganan Belanda melakukan perundingan dengan Indonesia cenderung lebih disebabkan soal prestige. Hal ini kemudian dituliskan dalam majalah Siasat di Jakarta dengan menggunakan kata gengsi. Kata ini menurut Rosihan Anwar dipungut dari perbendaharaan bahasa remaja di Minangkabau. Namun sekarang prestige telah diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi prestise, yang berarti wibawa (perbawa) yang berkenaan dengan prestasi atau kemampuan seseorang.
Temuan kata-kata baru merupakan temuan dari tiap-tiap zaman juga. Seperti kata anda yang pertama kali diterbitkan dalam harian Pedoman 28 Februari 1957. Ini awalnya, menurut Sutan Takdir Alisjahbana, merupakan uji coba untuk menghilangkan feodalisme atau hierakhi dalam penggunaan kata ganti atau pronouns dalam bahasa Indonesia. Diharapkan kata anda dapat menggantikan keserbaragaman kata yang dipakai buat menyapa “orang kedua”. Setidaknya anda dapat menjadi serupa dengan kata you dalam bahasa Inggris yang dapat dipakai guna menyapa setiap orang, tua atau muda, berkedudukan sosial tinggi atau rendah.
Kata anda sendiri ditemukan oleh seorang perwira Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), Kapten Sabirin. Ia mendapatkan kata anda dari Kamus Modern Bahasa Indonesia karangan Sutan Mohamad Zain. Arti kata anda ialah “yang mulia” atau “yang terhormat”. Konsultasi Kapten Sabirin dengan Sutan Mohamad Zain, mendapat mufakat untuk memakai kata anda menggantikan kata you. Kata anda sendiri asal mulanya terdiri dari satu kata yakni kata ra dari bahasa Kawi dan berarti ‘yang mulia’. Lama-kelamaan kata itu berubah menjadi da. Perkataan ratu atau datu berarti ‘orang yang mulia’. Awalan an datangnya kemudian. Saat ini apakah Anda masih menggunakan kata anda dalam percakapan sehari-hari? Sepengetahuan saya, anda telah banyak diganti dengan kata lu, kau, dan kamu.
Sepertinya unggah dan unduh juga pantas diperlakukan sebagai sebuah temuan yang memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Walaupun menurut seorang teman saya yang bekerja di sebuah kantor berita online, kata unduh tidak terlalu tepat untuk download. Menurutnya unduh yang berasal dari bahasa Jawa berarti memanen. Jika memanen tentunya buah yang dipanen tidak ada lagi. Tetapi untuk download, file yang diunduh masih tetap ada. Hal-hal seperti ini tidak menjadi masalah. Seperti tidak semua orang sepakat dengan kata anda ketika pertama kali dipopulerkan. Bahkan Harian Rakjat yang selalu bertentangan dengan Pedoman menyatakan ketidaksetujuannya dan mengajukan istilah tandingan yakni andika. Namun masyarakat tampaknya lebih memilih menggunakan anda sehingga andika tenggelam tanpa ada kabarnya lagi.
Tentu saja semua kata yang ditemukan dan digali tidak semuanya tepat, tetapi jaman dan masyarakatlah yang akan membuat kesepakatan atas setiap kata dalam bahasa setiap bangsa.[]

*Ditulis dengan merujuk pada H. Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi (Cetakan Keempat). Pradnya Paramita, Jakarta. 1991

1 comment:

Anonymous said...

sig, itu emang tulisan kamu, pas waktu ngecek cara upload (unggah) XML di wp basis, aku nyobain di blog itu... aku ga mengira itu blog ternyata masuk mesin pencari... so sorry, aku ga bermaksud membajak, tetapi soooo sembrono. sumpe aku kira hanya aku yg bisa liat blog itu. mohon tunggu sampai komputer aku sehat ya, tar aku hapus. sekali lagi so sorry.. deeply sorry