Monday, September 29, 2008

Sindrom Münchausen

"SEBENARNYA sejak awal saya sudah memutuskan untuk tidak bercerita kepada siapapun tentang sakit saya,” jelas teman saya. Namun menurutnya seorang temannya yang cukup dekat, cukup meyakinkan memaksanya untuk menceritakan tentang sakit teman saya itu. Beberapa kali cukup meyakinkan bahwa ia tidak akan bercerita lagi kepada siapapun tentang sakit teman saya itu. Tetapi bukankah hal semacam itu sudah lazim bahwa janji untuk tidak bercerita tetap akan diceritakan dengan peringatan untuk tidak menceritakannya lagi ke orang lain.
Sampai suatu hari teman saya itu tahu bahwa teman dekat temannya tahu tentang cerita saya sakitnya. “Awalnya itu dugaan saja,” jelasnya. Hingga akhirnya teman dekat temannya itu berkata: kau pasti takut bahwa pura-pura sakitmu itu ketahuan. Kata teman saya itu periode paling menyakitkan yang pernah dirasakannya saat ia sakit. Cerita saya bukan tentang itu, tetapi lebih tentang tema berpura-pura sakit untuk mencari simpati atau yang lebih dikenal dengan Sindrom Münchausen.

Jurnalis Fiktif
Nama Münchausen berasal dari seorang kelahiran Jerman yang bernama Karl Friedrich Hieronymus von Münchausen. Ia sempat menjadi pembantu Pangeran Antorn Ulrich von Braunschweig sebagai seorang letnan divisi kavaleri bersama dengan pasukan Rusia dalam pertempuran di Turki. Karir militer Münchausen tidak gemilang. Di kemudian hari ia lebih dikenal sebagai penulis kisah perjalanan, dan lebih condong sebagai seorang jurnalis yang melaporkan kejadian-kejadian di berbagai tempat yang dikunjunginya. Tulisan-tulisan tentang perjalanannya banyak dimuat di berbagai media massa. Pada tahun 1786 seorang pakar kepustakaan Rudolf Erich Raspe mempublikasikan salah satu karya Baron van Münchausen dengan judul “Baron von Münchausen’s narrative of his marvelous travels and campaigns in Rusia.” Buku ini saking lakunya di pasaran sehingga dalam waktu singkat harus dicetak ulang.
Pada edisi kedua buku tersebut seorang penulis Gottfried August Bürger menerjemahkannya ke dalam bahasa Jerman dan menambahkan beberapa cerita lain versinya sendiri ke dalam buku tersebut. Pada tahun 1788 Bürger kemudian menambahkan lagi beberapa cerita tambahan ke dalam kumpulan kisah Münchausen sehingga buku tersebut kian menarik untuk dibaca masyarakat awam. Banyak orang pada waktu itu menganggap apa yang diceritakan dalam buku sebagai kisah nyata Münchausen. Bahkan dalam setiap ceritanya Münchausen selalu menempatkan diri sebagai pahlawan atau saksi sebuah peristiwa yang amat dahsyat. Padahal Münchausen hanya berfantasi dan Bürger memperkaya fantasi-fantasi Münchausen.
Kepiawaian Baron von Münchausen mengolah fantasi dan ceritanya serta bumbu dari Bürger ini membuatnya demikian amat terkenal, sehingga masyarakat menaruh kepercayaan besar atas “laporan” perjalanan hidupnya. Padahal, setelah kematian istrinya ia banyak terlibat hutang dan berbagai skandal. Ia akhirnya meninggal dunia dengan meninggalkan berbagai fantasi yang menarik untuk dibaca orang, fantasi-fantasi yang merupakan hasrat hidupnya namun tak pernah dicapainya sekalipun.

Sindrom Münchausen
Di dalam konteks gangguan psikologis, sejumlah orang memiliki kecenderungan untuk berbohong yang dilandasi oleh fantasi-fantasinya, dan oleh pakar beranggapan bahwa mereka yang melakukan hal-hal tersebut tak ubahnya seperti Baron von Münchausen. Karenanya fantasi Baron von Münchausen kemudian dijadikan landasan gambaran gangguan psikologis yang dikenal sebagai Münchausen Syndrome atau sindroma Münchausen.
Penderita gangguan ini memiliki kecenderungan berfantasi dan melakukan kebohongan-kebohongan. Namun satu keistimewaan dari gangguan ini ialah fantasi tersebut ditujukan untuk berperan sakit dan dirawat di rumah sakit. Sindrom ini merupakan salah satu bentuk dari factitious disorder (gangguan factitious) yang disertai dominasi gangguan fisik, dan penderita yang bersangkutan selama hidupnya berupaya untuk memiliki kesempatan dirawat di rumah sakit. Di dalam sindroma Münchausen ini individu berperan sakit untuk menunjukkan heroisme atau sifat kepahlawanan dan pengorbanannya, bukan tidak mungkin ia kemudian menggunakan obat secara berlebihan sehingga membuatnya menderita dan perlu dirawat di rumah sakit.

Jangan Pernah Cerita Sakit Anda atau Itu Akan Dianggap Kebohongan
Tampaknya dari cerita teman saya sebaiknya tidaklah perlu bercerita tentang sakit anda. Karena apapun bentuk dan macam sakit anda, hanya anda sendiri yang merasakan. Sebaik apapun seseorang untuk berbagi, dia tidak akan sanggup untuk menyimpannya sendiri tanpa membaginya juga dengan orang lain. Apalagi dengan sakit semacam yang diderita oleh teman saya itu. Setidaknya banyak orang yang tidak akan paham, paham tapi tidak percaya, percaya tapi ragu, dan seterusnya. Jadi tutup mulut rapat-rapat tentang sakit anda. Berobat dan sembuhkanlah sendiri. []

2 comments:

ayu said...

"berobat dan sembukanlah sendiri"

Anonymous said...

udah lihat tour sinead o'connor?
jgn pesimis, dunia ga buruk2 amat. JANGAN BEROBAT DAN JANGAN SEMBUHKAN SENDIRIAN, dunia ga seburuk itu. penipu di mana2 pasti ada, tapi jgn nekat nyembuhin kanker pake salep panu